Pada Kamis, 15 Juni 2023, dua pekerja, yaitu Slamet (50) dan Purwanto (44), menemukan benda yang diduga tulang manusia saat sedang meratakan tanah bekas kolam yang baru dibeli oleh Prasetyo Utomo (42), sekitar tiga bulan yang lalu. Kejadian ini terjadi di Kelurahan Tanjung RT 01 RW 02, Kecamatan Purwokerto Selatan, Banyumas.
Petugas dari Polsek Purwokerto Selatan, Tim Inafis Polresta Banyumas, dan Puskesmas Purwokerto Selatan datang ke lokasi pada Kamis (15/6) sore. Mereka langsung melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengumpulkan benda-benda yang diduga tulang manusia untuk dibawa ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Hasil pemeriksaan forensik oleh tim dari RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dan Polresta Banyumas menyimpulkan bahwa temuan tersebut adalah tulang atau kerangka bayi. Selang satu pekan kemudian, pada Kamis (21/6), polisi menemukan tiga kerangka bayi tambahan di sekitar lokasi penemuan pertama.
Temuan ini membawa petugas untuk mengamankan seorang perempuan berinisial E (25), yang diduga terkait dengan temuan tersebut. Selain itu, seorang pria berinisial R (57), ayah dari E, juga ditetapkan sebagai tersangka. Yang mengejutkan, kerangka-kerangka bayi tersebut adalah hasil hubungan inses antara R dan E.
R telah ditetapkan sebagai tersangka karena penyidik telah memiliki barang bukti dan alat bukti yang cukup. Pembunuhan dan penguburan bayi yang lahir dari hubungan inses dengan E sejak tahun 2012 diduga dilakukan oleh R . Bahkan, perbuatan keji ini terus dilakukan oleh R mulai dari 2012 sampai dengan tahun 2021 dengan total tujuh bayi.
Bahaya Inses
Hubungan inses (hubungan intim antara anggota keluarga dekat yang memiliki hubungan darah) memiliki risiko dan bahaya yang serius. Berikut adalah beberapa bahaya yang terkait dengan inses:
Risiko kelainan genetik: Keturunan dari hubungan inses memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita kelainan genetik. Karena pasangan inses memiliki kekerabatan genetik yang lebih dekat, kemungkinan mereka membawa gen yang sama untuk kelainan yang dapat diturunkan kepada anak-anak mereka meningkat. Ini dapat menyebabkan kelainan bawaan, cacat fisik, atau gangguan perkembangan.
Kualitas genetik yang buruk: Pasangan inses memiliki peluang yang lebih tinggi untuk memperburuk kualitas genetik mereka. Karena mereka memiliki hubungan darah yang dekat, risiko kelainan genetik dan penyakit bawaan meningkat. Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada keturunan mereka.
Risiko gangguan perkembangan: Anak-anak yang lahir dari hubungan inses berisiko mengalami gangguan perkembangan fisik dan mental. Kombinasi gen yang terbatas dan kemungkinan faktor lingkungan yang sama dapat mempengaruhi perkembangan dan kesehatan anak secara negatif.
Stigma sosial: Hubungan ini umumnya dianggap tidak etis dan tidak diterima dalam masyarakat banyak. Anak-anak yang lahir dari hubungan inses mungkin menghadapi stigmatisasi sosial, diskriminasi, dan tekanan psikologis karena asal-usul mereka.
Konflik keluarga: Hubungan inses dapat menyebabkan konflik yang parah dalam keluarga. Norma dan nilai-nilai sosial yang umumnya melarang hubungan inses dapat menciptakan ketegangan dan pemisahan dalam keluarga.
Penting untuk diingat bahwa inses tidak hanya berbahaya secara fisik dan genetik, tetapi juga memiliki konsekuensi emosional dan sosial yang serius bagi individu dan keluarga yang terlibat. Dalam banyak yurisdiksi, hubungan inses juga melanggar hukum karena dampak negatif yang dapat mereka timbulkan.