Saat hujan monsun mengguyur sebagian wilayah Pakistan, kekhawatiran meningkat atas potensi banjir perkotaan dan kesiapsiagaan negara Asia Selatan itu. Mereka masih belum pulih dari banjir dahsyat tahun lalu. Departemen Meteorologi Pakistan telah mengeluarkan peringatan. Mereka memperkirakan hujan lebat dan badai petir yang dapat berlangsung selama beberapa hari. Ini meningkatkan risiko banjir di daerah yang sudah bergulat setelah bencana sebelumnya.
Banjir Terparah Pakistan
Tahun lalu, Pakistan mengalami banjir terparah, yang dipicu oleh krisis iklim buatan manusia. Banjir menenggelamkan sepertiga wilayah negara itu, merenggut nyawa sedikitnya 1.700 orang, dan menyebabkan kerusakan melebihi $30 miliar. Kini, Badan Meteorologi mengantisipasi hujan monsun yang dimulai pada Senin akan berlanjut hingga akhir pekan. Arus lembab dari Laut Arab diperkirakan akan menembus wilayah utara Pakistan. Disertai dengan gelombang barat, mengakibatkan curah hujan atau hujan petir di berbagai wilayah.
Departemen telah mengidentifikasi kota-kota seperti Islamabad, Peshawar, dan Lahore sebagai kota yang sangat rentan terhadap banjir akibat hujan lebat. Selain itu, daerah seperti Khyber Pakhtunkhwa menghadapi peningkatan risiko tanah longsor. Pihak berwenang telah disarankan untuk tetap waspada dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.
Sementara musim hujan baru saja dimulai, banyak bagian Pakistan, yang masih belum pulih dari banjir tahun lalu, telah berulang kali mengalami banjir dan hujan deras dalam beberapa pekan terakhir. Peristiwa ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang kesiapan negara untuk mengatasi tantangan tersebut.
Pada bulan Juni, para pejabat melaporkan bahwa hujan deras dan banjir telah mengakibatkan kematian sedikitnya 25 orang, dengan 145 lainnya luka-luka di berbagai bagian Pakistan. Selain itu, sebelas kematian dikaitkan dengan sambaran petir.
Perubahan Iklim
Akhir Juni terjadi hujan lebat dan badai petir yang mengganggu kehidupan publik di Islamabad dan Rawalpindi, menenggelamkan jalan dan rumah sakit. Insiden ini menyoroti kerentanan negara-negara Asia Selatan. Pakistan, India, dan Bangladesh rentan terhadap gelombang panas dan musim hujan yang meningkat, yang diperburuk oleh perubahan iklim. Para ahli mencatat bahwa musim hujan menjadi lebih tidak menentu. Ini menyebabkan curah hujan di atas normal dalam waktu singkat setelah musim kering yang berkepanjangan.
Banjir dahsyat tahun lalu di Pakistan ditemukan sangat terkait dengan krisis iklim. Karena negara tersebut mengalami curah hujan yang tinggi dalam jangka waktu yang padat, yang menyebabkan sungai meluap yang diperburuk oleh gletser yang mencair. Namun, para ilmuwan juga menekankan peran infrastruktur yang buruk dan perlunya sistem peringatan dini yang efektif, yang berkontribusi terhadap kerentanan negara.
Meskipun bertanggung jawab atas kurang dari 1 persen emisi gas rumah kaca global, Pakistan berada di antara negara-negara paling rentan di dunia terhadap dampak peristiwa cuaca ekstrem yang meningkat. Saat negara ini bergulat dengan tantangan berkelanjutan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, semakin penting untuk memprioritaskan pembangunan infrastruktur, kesiapsiagaan bencana, dan praktik berkelanjutan untuk memitigasi risiko di masa depan dan melindungi kesejahteraan penduduknya.